Senin, 23 April 2012

Didorong oleh kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik, serta meningkatnya tren penyerapan pasar. Bisnis properti diprediksi terus membaik. Potensi maraknya investasi asing serta proyek baru semakin beragam bakal muncul di tahun ini


Meskipun dibayangi kekuatiran akibat masih berlanjutnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika. Pasar properti Indonesia, khususnya di Jakarta diprediksikan masih akan terus bertumbuh secara positif. Hal tersebut ditopang oleh perekonomian dalam negeri yang cukup kuat, tingkat suku bunga yang rendah serta sentimen investor yang terus membaik. Pertumbuhan permintaan yang terjadi di semua sektor properti sepanjang tahun 2011 lalu diproyeksikan akan terus berlanjut di tahun 2012 ini. Hal ini diperkuat oleh tren penyerapan pasar (i.e. penjualan maupun aktivitas sewa-menyewa) dalam beberapa bulan terakhir yang masih terus menunjukan kenaikan secara bervariasi.

Oleh sebab itu, harga jual dan sewa properti komersial dan residensial di Jakarta pun diperkirakan akan terus meningkat di tahun ini. Demikian kesimpulan paparan yang disampaikan oleh Jones Lang LaSalle – Procon, sebuah konsultan properti internasional yang berkantor pusat di Chicago, Amerika Serikat, dalam acara Media Briefing yang diadakan pada hari Rabu, 25 Januari 2012 di Jakarta. Merujuk kepada pemberian peringkat investment grade bagi Indonesia oleh dua lembaga pemeringkat internasional yaitu Fitch dan Moody’s, Todd Lauchlan, Country Head Jones Lang LaSalle – Procon, mengatakan bahwa hal tersebut menunjukkan kepercayaan investor global terhadap struktur dan pertumbuhan ekonomi Indonesia justru semakin membaik.

Hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di wilayah Eropa dan Amerika, dimana sentimen pasar dan investor semakin melemah, bahkan beberapa negara di wilayah tersebut mengalami degradasi dalam peringkat investasinya.Oleh karena itu, Todd melanjutkan bahwa, kekuatiran sebagian kalangan akan meluasnya dampak krisis terhadap pertumbuhan bisnis termasuk sektor properti di Indonesia tidaklah perlu diperbesarkan. “Ketika banyak perusahaan asing dan internasional melakukan perampingan bisnis di Eropa dan Amerika, perusahaan-perusahaan tersebut justru melakukan ekspansi usahanya di Indonesia, “ kata Todd.

Hal ini juga tercermin dari pertumbuhan permintaan ruang kantor belakangan ini yang kebanyakan berasal dari perusahaan-perusahaan seperti perbankan, lembaga sekuritas, perusahaan asuransi,manufacturingconsumer goods serta perusahaan minyak dan pertambangan. Hal lainnya juga dijabarkan oleh Anton Sitorus, Head of Research di konsultan properti Jones Lang LaSalle – Procon. Anton mengatakan, penyerapan ruang kantor komersial di wilayah CBD (segitiga emas Jakarta) sepanjang tahun 2011 lalu mencapai sekitar 420,000 m2 atau meningkat sebesar 78% dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan rekor penyerapan pasar tertinggi dalam sejarah perkembangan pasar perkantoran di Jakarta.

Anton menambahkan, di wilayah Non-CBD, permintaan ruang kantor di tahun 2011 juga mengalami kenaikan sebesar 154% menjadi sebanyak 143,000 m2. Seiring pertumbuhan permintaan, harga sewa ruang kantor pun mengalami lonjakan yang cukup tajam. Sewa ruang kantor rata-rata di wilayah CBD tahun lalu naik hampir sebesar 20%. Bahkan di segmen gedung berkualitas Grade A, kenaikan harga sewa ruang kantor mencapai 32% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, kenaikan harga sewa ruang kantor di wilayah Non-CBD tahun lalu mencapai sekitar 10%. Pertumbuhan permintaan seperti yang terjadi di sektor perkantoran juga dialami di sektor residensial khususnya pasar kondominium.

Luke Rowe, Residential Project Marketing Group Head di Jones Lang LaSalle-Procon menuturkan bahwa, jumlah kondominium yang terjual di Jakarta sepanjang tahun 2011 melonjak menjadi sekitar 8,500 unit. Dibandingkan tahun 2010, kenaikan ini mencapai lebih dari dua kali lipat, kata Luke. Meningkatnya minat investor dan end user (pembeli sekaligus pengguna) kondominium didorong oleh daya beli yang semakin menguat ditunjang oleh tingkat suku bunga yang relatif rendah.

i tahun 2012 ini, Luke memperkirakan, tren pembelian kondominium oleh end user berpotensi semakin meningkat. Mengingat, semakin tingginya kebutuhan akan hunian dalam kota (city living) yang berdekatan dengan lokasi pekerjaan atau aktivitas sehari-hari di kalangan keluarga dan eksekutif muda, akibat makin memburuknya kondisi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Secara umum, pasar properti di Jakarta saat ini sedang menikmati periode pertumbuhan yang sangat positif dan dinamis, kata Lucy Rumantir, yang menjabat sebagai Chairman Jones Lang LaSalle-Procon. Permintaan di semua sektor meningkat sementara pertumbuhan pasokan berada pada tingkat yang tidak berlebihan, kata Lucy.

Hal ini, menurutnya, memberikan ruang bagi pasar untuk mengarah kepada kondisi equilibrium (keseimbangan supply-demand) yang terlihat dari semakin meningkatnya tingkat hunian gedung ke level yang cukup tinggi. Kondisi ini rupanya juga memberikan dampak positif bagi pasar khususnya pemilik gedung (landlord) dimana pertumbuhan harga, yang dalam dekade terakhir ini berjalan cukup lambat, mulai terakselerasi secara pesat di tahun-tahun terakhir, seperti yang terlihat di sektor perkantoran dan kawasan industri.

Dua sampai tiga tahun ke depan, kondisi ini diperkirakan terus berlanjut, kata Lucy. Sektor yang diproyeksikan mengalami kenaikan harga paling pesat adalah perkantoran di CBD, dimana pasokan yang tersedia makin menipis sementara permintaan terus mengalir. Harga jual dan sewa properti residensial serta ritel juga diperkirakan akan bertumbuh secara positif pada kisaran yang kurang lebih sama dengan periode tahun lalu. “Dipastikan, dinamika pasar properti tahun ini akan semakin menarik, apalagi dengan pondasi ekonomi yang cukup kuat, tingkat permintaan yang solid, potensi maraknya investasi asing serta proyek-proyek baru yang semakin beragam dan kreatif,“ tutup Lucy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar